Medan (ANTARA) - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara H Chaidir Ritonga menilai, tudingan sejumlah pihak bahwa keluarga Bakrie melakukan politisasi terhadap tim nasional sepak bola, sangat memprihatinkan.
"Kita sangat kecewa. Tudingan politisasi timnas sangat-sangat memprihatinkan dan terkesan `maling teriak maling`, karena justru mereka (penuding) sendiri yang telah melakukan politisasi," katanya di Medan, Selasa.
Terkait bonus pemain berikut hibah lahan seluas 25 hektare di kawasan Jonggol, Jawa Barat, untuk tempat latihan dan "base camp" timnas dari keluarga Abrizal Bakrie, menurut dia, semua itu merupakan bentuk kepedulian dan perhatian yang besar terhadap pengembangan olahraga di Tanah Air.
"Itu sama sekali bukan politisasi, apalagi perhatian dan kedulian keluarga Bakrie terhadap olahraga sudah ditunjukkan sejak lama," ujar Chaidir Ritonga.
Menurut dia, keluarga Bakrie sangat menggandrungi olahraga, khususnya sepak bola, bulu tangkis dan tenis meja.
Aburizal Bakrie sejak lama bahkan sudah berkecimpung dalam pembinaan olahraga di Tanah Air, termasuk ketika menjadi Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI), sementara adiknya Nirwan D Bakrie fokus di dunia sepak bola.
"Saat saya jadi Ketua Harian PBSI Sumut, Bang Ical (Aburizal Bakrie) adalah Wakil Ketua Umum PB PBSI yang saat itu dipimpin Try Sutrisno. Beliau yang memprakarsai pembangunan stadion bulu tangkis di Jalan Pancing Medan yang juga merupakan stadion bulu tangkis terbesar di luar Pulau Jawa," katanya.
Ia mengatakan, stadion bulu tangkis itu dibangun pada 1994 dengan anggaran sebesar Rp1,6 miliar dan dana sebesar itu diperoleh Ical hanya dengan menggunakan pengaruhnya.
"Semua itu bukti kepedulian dan komitmen beliau yang sangat besar dalam membangun olahraga di Tanah Air. Bisa kita bayangkan berapa nilai uang Rp1,6 miliar pada tahun 1994, sementara para penudingnya itu entah berada dimana pada saat itu," ujar Chaidir Ritonga.
Kepedulian yang sama, katanya, juga ditunjukkan Ical pada pembangunan pemusatan latihan nasional bulu tangkis di Cipayung dengan sekaligus menyediakan dana abadi sebesar Rp50 miliar untuk PBSI.
Ia juga menilai semua tudingan yang dilancarkan terhadap keluarga Ketua Umum DPP Partai Golkar itu sangat tidak layak, murahan dan tidak pantas, apalagi sampai dilontarkan oleh juru bicara sebuah partai besar.
"Semua orang tahu kiprah keluarga Bakrie di dunia olahraga. Hanya orang-orang yang belum teruji dalam pembinaan olahraga yang bisa melancarkan tudingan kejam bahwa Bang Ical dan keluarganya melakukan politisasi terhadap sepak bola dan dunia olahraga di Indonesia," katanya.
"Kita sangat kecewa. Tudingan politisasi timnas sangat-sangat memprihatinkan dan terkesan `maling teriak maling`, karena justru mereka (penuding) sendiri yang telah melakukan politisasi," katanya di Medan, Selasa.
Terkait bonus pemain berikut hibah lahan seluas 25 hektare di kawasan Jonggol, Jawa Barat, untuk tempat latihan dan "base camp" timnas dari keluarga Abrizal Bakrie, menurut dia, semua itu merupakan bentuk kepedulian dan perhatian yang besar terhadap pengembangan olahraga di Tanah Air.
"Itu sama sekali bukan politisasi, apalagi perhatian dan kedulian keluarga Bakrie terhadap olahraga sudah ditunjukkan sejak lama," ujar Chaidir Ritonga.
Menurut dia, keluarga Bakrie sangat menggandrungi olahraga, khususnya sepak bola, bulu tangkis dan tenis meja.
Aburizal Bakrie sejak lama bahkan sudah berkecimpung dalam pembinaan olahraga di Tanah Air, termasuk ketika menjadi Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PB PBSI), sementara adiknya Nirwan D Bakrie fokus di dunia sepak bola.
"Saat saya jadi Ketua Harian PBSI Sumut, Bang Ical (Aburizal Bakrie) adalah Wakil Ketua Umum PB PBSI yang saat itu dipimpin Try Sutrisno. Beliau yang memprakarsai pembangunan stadion bulu tangkis di Jalan Pancing Medan yang juga merupakan stadion bulu tangkis terbesar di luar Pulau Jawa," katanya.
Ia mengatakan, stadion bulu tangkis itu dibangun pada 1994 dengan anggaran sebesar Rp1,6 miliar dan dana sebesar itu diperoleh Ical hanya dengan menggunakan pengaruhnya.
"Semua itu bukti kepedulian dan komitmen beliau yang sangat besar dalam membangun olahraga di Tanah Air. Bisa kita bayangkan berapa nilai uang Rp1,6 miliar pada tahun 1994, sementara para penudingnya itu entah berada dimana pada saat itu," ujar Chaidir Ritonga.
Kepedulian yang sama, katanya, juga ditunjukkan Ical pada pembangunan pemusatan latihan nasional bulu tangkis di Cipayung dengan sekaligus menyediakan dana abadi sebesar Rp50 miliar untuk PBSI.
Ia juga menilai semua tudingan yang dilancarkan terhadap keluarga Ketua Umum DPP Partai Golkar itu sangat tidak layak, murahan dan tidak pantas, apalagi sampai dilontarkan oleh juru bicara sebuah partai besar.
"Semua orang tahu kiprah keluarga Bakrie di dunia olahraga. Hanya orang-orang yang belum teruji dalam pembinaan olahraga yang bisa melancarkan tudingan kejam bahwa Bang Ical dan keluarganya melakukan politisasi terhadap sepak bola dan dunia olahraga di Indonesia," katanya.